DIGITAL CINEMA



RANGKUMAN PRESENTASI KEL. 2
DIGITAL CINEMA

DEFINISI DIGITAL CINEMA
Digital Cinema atau Sinema digital merujuk pada penggunaan teknologi digital untuk mendistribusikan dan menayangkan gambar bergerak yang dapat didistribusikan lewat perangkat keras , piringan optik atau satelit serta dapat ditayangkan menggunakan proyektor digital alih-alih proyektor film konvensional .

SEJARAH DIGITAL CINEMA
Dalam teori, Digital Cinema dimulai pada akhir tahun 1980-an, ketika Sony datang dengan konsep pemasaran 'sinematografi elektronik'. Tetapi, inisiatif ini gagal. Pada akhir tahun 1990-an, dengan pengenalan perekam HDCAM dan penggantian nama dari proses 'sinematografi digital' pembuatan film menggunakan kamera digital dan peralatan terkait akhirnya mulai berjalan.

PERBEDAAN SINEMA DIGITAL DENGAN SINEMA KONVENSIONAL
Sinema digital hanya berbeda dengan sinema konvensional dalam hal visualisasi dan suara. Visualisasi sinema digital sudah jernih, sementara sinema konvensional yang menggunakan media pita seluloid, memiliki struktur visualisasi berupa titik-titik.

MACAM – MACAM DIGITAL CINEMA
1.      Sinema 2D

Ciri dari format film dengan teknologi 2D ini adalah tidak adanya benang halus, suaranya yang bagus, warnanya lebih cerah, dan tajam, namun kekurangan dari format 2D ini adalah, resolusinya yang tidak sebesar format biasa, karena apabila semakin lebar resolusinya maka akan semakin lebar layarnya.

2.      Sinema 3D

Ketajaman detail Film lebih jelas, Bila kita menggunakan kacamata 3D maka gambar yang dihasilkan akan timbul seolah olah kita berada dalam film tersebut.

3.      Sinema 4D

Pada Sinema 4D ini, bukan hanya gambarnya saja yang keluar, melainkan ada getaran-getaran atau efek-efek nyata yg dihasilkan dari fasilitas tempat menonton film seperti, kursinya yang kita tempati akan bergerak – gerak dan juga adanya cipratan air.

PENAYANGAN DIGITAL CINEMA
Satunya-satunya cara agar digital cinema bisa diputar di bioskop hanyalah dengan mencetaknya kembali dalam pita seluloid. Sedangkan tidak semua digital cinema yang berformat video bisa ditransfer menjadi seluloid karena standar video adalah 625 garis atau 525 garis. Sedangkan, kualitas imaji seluloid 35 mm setara dengan 2.500 garis. Jadi kalau dari video digital ditransfer ke seluloid, hasilnya akan jauh dari memuaskan. Di Indonesia untuk saat ini hanya Blitzmegaplex yang mempunyai peralatan yang mampu menayangkan film dengan format digital.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

RANGKUMAN KELOMPOK 5 ( PARTICIPATORY CULTURE )